Wednesday, June 18, 2014

Untuk “Mereka” dan Ibu

Keluarga, kata yang sudah tidak asing di telinga dalam kehidupan kita. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling bergantungan.

Keluarga memiliki peran penting dalam mendidik karena pendidikan tidak hanya di dapat di sekolah, di kehidupan sehari-hari, misalnya keluarga sering mengajarkan kita bagaimana bersifat sopan dan santun, baik budi pekerti, dan lain-lain.

Keluarga adalah segalanya, memiliki keluarga yang lengkap adalah kebanggan batin tersendiri. Bahkan, keluarga akan selalu ada untuk kita. Saat kita lulus sekolah, yang paling bangga adalah keluarga, memenangkan lomba, diterimanya pekerjaan, masuk universitas negeri, dan lain-lain adalah hal-hal yang membuat keluarga bangga. Akan tetapi, bagaimanakah kehidupan mereka anak-anak yang hanya tinggal dengan seorang ayah/ibu seorang? Bagaimana cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari ditengah mereka yang masih memiliki keluarga yang utuh?

Para orangtua tunggal adalah individu yang melakukan tugas ganda, baik sebagai ayah dan ibu dan cara mereka “anak-anak” menerima kenyataan pahit yang harus dijalaninya. Menjadi yatim/piatu bukanlah hal yang mudah, mereka harus kuat dalam menjalani keseharian, berkurangnya waktu kebersamaan, menerima ejekan dari teman (mungkin ini dialami saat masih kecil), dan sebagainya. Bagaimana mereka bisa memaknai, kata-kata yang sering didengar “Surga di bawah telapak kaki ibu”, tetapi sejak dari kecil ia telah ditinggal ibunya yang meninggal dunia. Makna tersebut berkaitan dengan kasih sayang, tetapi ia tak mendapatkan kasih sayang seorang “ibu”. Merupakan bukan hal yang mudah dijalani. Mereka yang belum mengerti arti kata rindu kepada seorang ibu, selalu iri dengan sahabatnya tentang berbagi cerita kepada seorang perempuan tentang “kekasih, di sekolah, kantor, dll” atau berbagi kisah dengan ibu saat sedang mengalami hari yang buruk.
Kebersamaan dan kedamaian hati adalah sesuatu yang berharga untuk mereka. Pelukan seorang ayah bahkan tidak mampu lagi untuk menenangkan hati saat dilanda kerinduan kepada ibu. Ketika ingin merasakan pelukan, belaian, dan kasih seorang ibu.

Tentang bagaimana mereka menitip kerinduan ini pada Sang Ilahi, menitipkan doa dan perlindunganNya untuk ibu, agar ibu mendapat istana di syurgaMu.

Seorang sahabat saya pernah cerita bagaimana agar ia dapat bertemu ibunya, walu hanya mimpi. Akan tetapi, itu sudah cukup dari ketenangan untuk membasahi kerinduan. Ia bercerita tentang seorang ustad yang mnegajarinya untuk bertemu ibu walau hanya mimpi, insyaAllah. Ia bercerita saat harinya dilanda dengan kekacauan, ia menangis dalam kamarnya, lalu pikiran hening. Selang beberapa saat, suara adzan berkumandang. Waktu shalat isya telah masuk. Diambilnya air wudhu dan melaksanakan shalat wajib. Setelah itu, lakukanlah shalat sunah dan hadiahkan shalat tersebut untuk ibunya. Perbanyak dzikir dan shalat tengah malam. InsyaAllah.

Betapa bahagianya jika ibu mendengar doa anaknya yang sholeh karena itu merupakan amalan yang tidak akan pernah putus. Meskipun ia tahu bahwa dirinya tidak pernah bisa membahagiakan ibunya di dunia nyata, tetapi ia akan membawamu ke surga. Ia akan memberikan yang terbaik untuk ibunya.

Semoga saya bisa menyangi ibu dengan setulus hati, membahagiakannya,
Seperti apa yanag telah “mereka” lakukan kepada ibunya, meski ibunya telah tiada.

Depok, saat tengah malam.
Ku hadiahi tulisan ini untuk “mereka”.

Tuesday, June 3, 2014

Pemikiran Tentang Seksualitas Perempuan

Seksualitas, kata yang begitu dengan percintaan di zaman ini. Akan tetapi, bagaimanakah pandangan perempuan pada seksualitas dan bagaimana mereka merumuskan dirinya dengan hal ini, ini adalah masalah klasik dalam sejarah manusia. 

   Seksualitas perempuan biasanya dipengaruhi oleh lingkungan, rasa dihargai, dan dicintai oleh pasangan. Walaupun saya bukan seorang perempuan, setidaknya saya memiliki gadget yang bisa diakses untuk mencari informasi tentang seksualitas ini, So, jangan berpikiran kalau saya setengah laki-laki dan perempuan, barangkali itu tidak terjadi dan mungkin iya. Tetapi, alhamdulillah, tidak. Seksualitas perempuan lebih fleksibel ketimbang laki-laki, itulah kenapa perempuan tidak memiliki waktu yang tepat untuk dirumuskan kapan ia merasakan bergairah untuk bercinta. Perempuan akan bergairah tergantung dengan suasana hati mereka. Maka dari itu, untuk kalian para pria, janganlah mencoba merusak suasana saat kalian bertemu dengan pasangan kalian. Berbeda dengan laki-laki, waktu biologisnya cenderung sedrhana karena pria cenderung merasa bergairah saat pagi hari karena kadar testosterone mencapai puncaknya pada saat pagi hari, mungkin biasanya dibilang “adik bangun saat pagi hari”.

   Dalam penelitian umum, perempuan rata-rata akan berpikir tentang seks sebanyak 10 kali dalam sehari dan memikirkan makanan sebanyak 15 kali sehari. Saya pun bingung, kenapa penelitian ini berujung ke makanan. Mungkin karena zaman ini, trend-nya ODC. Mungkin. Setelah saya googleing ternyata perempuan butuh emosi perasaan untuk mengaktifkan titik seksualitasnya dan satu hal lagi karena mereka memiliki stelan otak yang berbeda karena kebiasaan perempuan yang selalu menyiapkan menu makanan untuk keluarga, itulah alasan mengapa perempuan lebih banyak memikirkan tentang urusan perut daripada urusan hati, eh maksudnya Seks.

   Tidak semua wanita dapat menikmati kehidupan seksualnya. Hal ini tampaknya tidak berlaku bagi Seyi Kolade. Mengapa tidak karena hampir setiap hari perempaun ini berhubungan seks. Kecanduannya dalam seks itu membuatnya tidur dengan 370 lelaki, hal yang sungguh menggoda iman, bukan. Ia mulai mengenal seks saat berusia 13 tahun. Sejak usia 17 tahun, ia sudah mulai ketergantungan tidur dengan pria. Dalam pengakuannya, saat usianya menginjak 19 tahun ia tidur dengan 40 laki-laki dan bila dihitung hingga sekarang ini, ia sudah bercinta dengan 370 pria. “Saya kehilangan keperawanan ketika berusia 13 tahun dengan kekasih pertama saya. Saya terkejut karena saya hamil dan melahirkan saat saya berusia 14 tahun. Ini adalah waktu yang sangat sulit,” tuturnya.

   Kembali dengan permasalahan awal, bukan maksud saya ingin menceritakan tentang Seyi Kolade karena membicarakan dan membuka aib seseorang itu tidak baik. Pendapat saya akan berbeda dengan teori yang sudah kalian baca di beberapa paragraf awal dan lebih setuju dengan Seyi karena seorang anak perempuan dalam masa pertumbuhannya diliputi dengan rasa keingintahuan yang besar terhadap tubuhnya sendiri. Tubuh perempuan itu memalukan. Pada masa pertumbuhannya ia ingin tahu nama-nama bagian yang ada pada dirinya dan mengapa alat kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ia akan sulit menemukan maksud dari tubuhnya saat memasuki masa puber, saat ada orang tua mengajarkannya bahwa tubuh perempuan itu memalukan. Mungkin, ia akan malu saat bicara mengenai menstruasi atau mengenai seks kepada petugas kesehatan atau dokter. Bahkan ketika tumbuh deawa dan mulai aktif seksual, ia tidak memahami mengapa tubuhnya sangat bergairah saat merasakan kenikmatan seksual atau mengetahui bagaimana cara melindungi tubuhnya dari kehamilan yang tidak diinginkan atau penyakit menular seksual. 

   Hal yang sering kali menyebabkan perempuan frustasi dan menghalanginya untuk lebih maju berkembang adalah kebahagian perempuan tergantung dengan keberadaan laku-laki. Asumsi ini yang sering kali digunkan sebagai senjata untuk mengatur kehidupan perempuan dan bahkan digunakan untuk justifikasi pemerkosaan. Hal ini yang mengartikan bahwa kebutuhan seks perempuan merupakan hal yang terpenting dan harus terpenuhi.

   Ada beberapa anggapan yang sering diberikan kepada perempuan sehingga merugikan kesehatan seksualitas perempuan. Sebagai perempuan “baik-baik”, ia akan berpikir tidak akan berinisiatif untuk memulai berhubungan seks dengan pasangan. Berbicara mengenai seks pada zaman ini hanya akan menimbulkan pandangan buruk tentang dirinya dan menimbulkan tanggapan bahwa ia sudah “berpengalaman” dab berarti perempuan nakal. 

   Memiliki anak perempuan sama seperti menjadi agen. Tubuh perempuan milik laki-laki. Banyak masyarakat memperlakukan perempuan seperti barang, saat ia kecil dan belum dipinang oleh seseorang laki-laki, spenuhnya ia adalah milik orang tuanya dan yang bisa menikahinya akan menjadi raja dari si perempuan dan akan meminta apa saja yang dikehendaki oleh Sang Suami. Layaknya sebuah barang, calon suami akan menginginkan calon isteri yang suci dan belum ternoda sehingga keperawanan menjadi tuntutan dan tanggung jawab yang sangat besar. Setelah menikah, suami merasa berhak untuk memanfaatkan tubuh isteri dengan seutuhnya dan mendapatkan kesenangan untuk memuaskan birahinya. Sang Suami mungkin selingkuh dengan wanita lain, tetapi isteri hanya melayani satu laki-laki saja (suami). Akan tetapi, laki-laki tidak tidak seharusnya memiliki tubuh perempuan karena tubuhnya adalah miliknya sendiri dan ia berhak memutuskan bagaimana, kapan, dan dengan siapa saja ingin berbagi. Hal ini saya tidak setuju, karena sebuah hubungan suami isteri harus dilandasi dengan kesetiaa, agar hal tersebut tidak terjadi.

   Baru-baru ini, Badan Penelitian Kesehatan Masyarakat Barcelona, menganalisa 9850 pria dan wanita. Hasilnya 90% pria dan wanita mengaku sangat puas atau cukup puas dengan kehidupan seks mereka secara umum. Sementara 95% merasa puas dengan kehidupan seks di tahun sebelumnya. Hal i ni disebabkan faktor sosial ekonomi, ini sangat berlaku bagi perempuan. Para perempuan dengan sosial ekonomi tinggi dan menengah memiliki kepuasan terhadap kehidupan seksualitasnya. Sebaliknya, wanita dari status ekonomi rendah kerap merasakan ketidakpuasan dalam berhubungan seks. Hal ini disebabkan, bagaimana bisa memikirkan orgasme sementara bingung esok pagi tidak ada beras yang bisa dimasak atau tidak memiliki uang untuk membayar kontrakan rumah. Banyak orang-orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki hubungan seksualitas yang kurang memuaskan dan aman, serta menderita pengalaman pelecehan seksual lebih besar.

http://inilah.com/read/detail/2065383/perempuan-sejahtera-memiliki-seks-memuaskan
http://ithinkeducation.blogspot.com/2014/02/mitos-yang-merugikan-seksualitas.html?m=1