Wednesday, July 17, 2013

Dewabrata Dua

Ada baiknya kita tidak berbicara tentang cinta agar senja tetap dalam keelokannya. Singkirkan beban yang menindih ini dengan berkaca pada senyum daun ketapang di taman itu yang dulu menjadi saksi pertemuan kita. Kadang kita terjaring oleh percakapan semu. Bahkan kita habiskan waktu dalam perdebatan panjang tak berkesudahan, sementara kita abai pada kemolekan langit senja di cakrawala. Mengapa cinta harus diuji atau ditakar dengan kata-kata. Kautahu, begitu ulet dan liat cinta kita bagai benang dilulur malam. Barangkali kau lupa bahwa cinta tak harus dinyatakan dalam kata-kata indah yang dibisikkan atau kalimat tegas yang diteriakkan. Sesungguhnya cinta bertakhta di hati yang boleh jadi hadir dalam kerling mata, engah nafas, denyut nadi, atau bahkan dalam peluh dan aroma tubuh. Mari kita nikmati senja tanpa kata.

Dewabrata

Telah kuserahkan cintaku padamu sepenuhnya. Jika ada yang belum sampai padamu barangkali itu hanya soal waktu. Kautahu air yang mengalir dari kali di samping rumahmu itu takkan sampai di laut dalam satu waktu, bukan. Barangkali sudah saatnya kauyakini bahwa arah akan tetap setia pada tiup angin. Meski pelik, cinta niscaya bukan teka-teki. Pada gerimis senja ini biarlah goyang daun ketapang di taman itu menjadi saksi bahwa cintaku tetap mengalir menujumu. Semoga kaurasakan hangatnya meski kau berada jauh di sudut sana. Barangkali jarak memang ditadirkan tetap ada untuk mengekalkan cinta kita.

Tuesday, July 2, 2013

Sunyi dan kelam

Aku serpihan kertas yang terbang terbawa angin
Kau meniupku, mencaciku
Mungkin ini akhir dari kehidupan
Cahaya tak terlihat terang

Redup sang surya membungkam mulutku
tak terucap, untaian kata dibawah daun gugur

Sepi, suasana hati
Terkoyak angin
Tersapu ombak di laut
Terbakar api asmara

Sunyi dan kelam
Mampus! aku dimakan sepi!